Bismillahirrohmaanirrohiim
Setelah
menciptakan bumi, gunung, laut, tumbuh-tumbuhan, langit dan matahari, bulan dan
bintang, dan malaikat-malaikat-Nya (yaitu sejenis makhluk halus yang diciptakan
untuk beribadah , menjadi perantara antara Dzat yang Maha Kuasa dengan
hamba-hamba terutama para rasul dan para nabi-Nya), maka Allah S.W.T. henda
menciptakan makhluk lain. Makhluk tersebut diciptakan agar menjadi khalifah di
bumi, yang akan menghuni dan mengisi bumi, memeliharanya, menikmati
tumbuh-tumbuhannya, mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan
berkembang biak turun-temurun, waris-mewarisi sepanjang masa yang telah
ditakdirkan.
Malaikat-malaikat
Allah yang lebih awal diciptakan, diberitahu oleh Allah S.W.T. akan
kehendak-Nya untuk menciptakan makhluk lain. Mereka khawatir, kalau makhluk
yang akan diciptakan itu nantinya akan lalai dalam beribadah dan menjalankan
tugas, bahkan melakukan pelanggaran tanpa mereka sadari. Akhirnya para malaikat
menghadap Allah : “Wahai Tuhan kami, mengapa Engkau menciptakan khalifah di
bumi, padahal kami selalu bertasbih, bertahmid, melakukan ibadah dan
mengagugkan nama-Mu tiada henti, sedangkan makhluk yang akan Engkau ciptakan
dan turun ke bumi itu akan bertengkar satu sama lain, akan saling membunuh,
berebut menguasai kekayaan alam, sehingga menyebabkan kerusakan dan kehancuran di
atas bumi yang telah engkau ciptakan itu.”
Hal
ini diterangkan pada Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 30 :
Artinya:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi.”
Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?” Allah
berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah: 30)
Allah
Maha Mengetahui apa yang para malaikat
tidak ketahui. Dan Allah sendirilah yang mengetahui hikmah terhadap penguasaan
Bani (keturunan) Adam atas bumi yang diciptakan-Nya. Bila Allah telah
menciptakan dan meniupkan roh kepadanya, maka bersujudlah para malaikat atas
perintah Allah kepada makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai
sujud ibadah, karena Allah S.W.T. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesame makhluknya.
Kemudian
diciptakanlah Adam oleh Allah S.W.T. dari segumpal tanah liat kering dan lumpur
hitam yang berbentuk. Setelah disempurnakan bentuknya, maka ditiuplah roh
ciptaan Allah kedalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna.
Para
malaikat segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk
Allah yang akan diberi amanat untuk menguasai bumi dengan segala apa yang hidup
dan tumbuh, serta yang terpendam di dalamnya. Lain dengan iblis, iblis telah
membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah, seperti yang telah dilakukan
oleh para malaikat. Iblis merasa dirinya lebih mulia, lebih utama dan lebih
agung dari Adam, karena ia diciptakan dari unsure api; sedang Adam tercipta
dari tanah dan lumpur. Kebanggaan atas asal usulnya itu telah menjadikan
dirinya sombong, dan merasa rendah apabila bersujud menghormati Adam, walaupun
hal itu diperintahkan oleh Allah
Allah
bertanya kepada iblis: “Apakah yang mencegahmu bersujud menghormati sesuatu
yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku? Adakah engkau menganggao dirimu besar
dan agung?” iblis menjawab: “Aku adalah
lebih mulia dan lebih unggul dari dia.”
Karena
kesombongan, kecongkakan, dan pembangkangannya itu, maka Allah mengusir iblis
dari surga, mengeluarkan dari barisan malaikat, disertai kutukan dan laknat,
yang akan melekat pada dirinya hingga datangnya hari kiamat. Di samping itu ia
dinyatakan sebagai penghuni neraka Jahannam.
Iblis
menerima balasan itu. Namun, ia memohon kepada Allah agar diberi kesempatan
untuk hidup kekal hingga hari kiamat. Allah meluluskan permintaan itu, dan
ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan.
Setelah
menerima jaminan, bahwa ia akan diberi tangguh hidup sampai hari kebangkitan,
iblis bukannya berterima kasih maupun bersyukur, sebaliknya ia mengancam akan
menyesatkan Adam, sebagai penyebab terusirnya ia dari surga dan dikeluarkannya
dari barisan malaikat. Ia juga akan mendatangi anak-anak keturunan Adam. Membujuk
mereka agar meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang sesat. Mengajak
mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang telarang. Menggoda mereka supaya
melalaikan perintah-perintah agama. Mempengaruhi mereka agar tidak bersyukur
dan beramal saleh.
Selanjutnya
Allah berfirman kepada iblis terkutuk itu: “Pergilah engkau bersama
pengikut-pengikutmu, yang semuanya akan menjadi isi dan bahan bakar neraka
Jahannam. Kamu tidak akan bisa menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman
kepada-Ku dengan sepenuh hati, dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan
goyah oleh bujuk rayumu, walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu untuk
menghasut dan menfitnah mereka.”
Sumber : Buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rosul
0 komentar:
Posting Komentar