Pages

Selasa, 19 Juli 2016

Proses Diciptakannya Nabi Adam A.S., Sikap Malaikat dan Iblis

Bismillahirrohmaanirrohiim

Setelah menciptakan bumi, gunung, laut, tumbuh-tumbuhan, langit dan matahari, bulan dan bintang, dan malaikat-malaikat-Nya (yaitu sejenis makhluk halus yang diciptakan untuk beribadah , menjadi perantara antara Dzat yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan para nabi-Nya), maka Allah S.W.T. henda menciptakan makhluk lain. Makhluk tersebut diciptakan agar menjadi khalifah di bumi, yang akan menghuni dan mengisi bumi, memeliharanya, menikmati tumbuh-tumbuhannya, mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun, waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan.

Malaikat-malaikat Allah yang lebih awal diciptakan, diberitahu oleh Allah S.W.T. akan kehendak-Nya untuk menciptakan makhluk lain. Mereka khawatir, kalau makhluk yang akan diciptakan itu nantinya akan lalai dalam beribadah dan menjalankan tugas, bahkan melakukan pelanggaran tanpa mereka sadari. Akhirnya para malaikat menghadap Allah : “Wahai Tuhan kami, mengapa Engkau menciptakan khalifah di bumi, padahal kami selalu bertasbih, bertahmid, melakukan ibadah dan mengagugkan nama-Mu tiada henti, sedangkan makhluk yang akan Engkau ciptakan dan turun ke bumi itu akan bertengkar satu sama lain, akan saling membunuh, berebut menguasai kekayaan alam, sehingga menyebabkan kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang telah engkau ciptakan itu.”

Hal ini diterangkan pada Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 30 :


Artinya:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?” Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah: 30)

Allah Maha Mengetahui  apa yang para malaikat tidak ketahui. Dan Allah sendirilah yang mengetahui hikmah terhadap penguasaan Bani (keturunan) Adam atas bumi yang diciptakan-Nya. Bila Allah telah menciptakan dan meniupkan roh kepadanya, maka bersujudlah para malaikat atas perintah Allah kepada makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah, karena Allah S.W.T. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesame makhluknya.

Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah S.W.T. dari segumpal tanah liat kering dan lumpur hitam yang berbentuk. Setelah disempurnakan bentuknya, maka ditiuplah roh ciptaan Allah kedalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna.

Para malaikat segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk Allah yang akan diberi amanat untuk menguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan tumbuh, serta yang terpendam di dalamnya. Lain dengan iblis, iblis telah membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah, seperti yang telah dilakukan oleh para malaikat. Iblis merasa dirinya lebih mulia, lebih utama dan lebih agung dari Adam, karena ia diciptakan dari unsure api; sedang Adam tercipta dari tanah dan lumpur. Kebanggaan atas asal usulnya itu telah menjadikan dirinya sombong, dan merasa rendah apabila bersujud menghormati Adam, walaupun hal itu diperintahkan oleh Allah

Allah bertanya kepada iblis: “Apakah yang mencegahmu bersujud menghormati sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku? Adakah engkau menganggao dirimu besar dan agung?”  iblis menjawab: “Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia.”

Karena kesombongan, kecongkakan, dan pembangkangannya itu, maka Allah mengusir iblis dari surga, mengeluarkan dari barisan malaikat, disertai kutukan dan laknat, yang akan melekat pada dirinya hingga datangnya hari kiamat. Di samping itu ia dinyatakan sebagai penghuni neraka Jahannam.

Iblis menerima balasan itu. Namun, ia memohon kepada Allah agar diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari kiamat. Allah meluluskan permintaan itu, dan ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan.

Setelah menerima jaminan, bahwa ia akan diberi tangguh hidup sampai hari kebangkitan, iblis bukannya berterima kasih maupun bersyukur, sebaliknya ia mengancam akan menyesatkan Adam, sebagai penyebab terusirnya ia dari surga dan dikeluarkannya dari barisan malaikat. Ia juga akan mendatangi anak-anak keturunan Adam. Membujuk mereka agar meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang sesat. Mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang telarang. Menggoda mereka supaya melalaikan perintah-perintah agama. Mempengaruhi mereka agar tidak bersyukur dan beramal saleh.


Selanjutnya Allah berfirman kepada iblis terkutuk itu: “Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu, yang semuanya akan menjadi isi dan bahan bakar neraka Jahannam. Kamu tidak akan bisa menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada-Ku dengan sepenuh hati, dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan goyah oleh bujuk rayumu, walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu untuk menghasut dan menfitnah mereka.”

Sumber : Buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rosul

0 komentar:

Posting Komentar